Minggu, 27 Oktober 2013

Kalimat Argumentasi dan Kalimat Penalaran



Akuntansi Syariah Sebagai Solusi?
Di era yang modern ini, globalisasi semakin menampakkan tajinya. Salah satu contohnya adalah pengaruh pendidikan orang Barat yang telah memasuki system pendidikan kita saat ini. Misalnya saja di jurusan Akuntansi UNHAS disuguhkan buku akuntansi yang berasal dari pemikiran orang barat, mulai dari Pengantar Akuntasi hingga Akuntansi Keuangan buku pedoman pengajarannya ditebitkan dari orang barat yaitu Kieso dkk. Jadi jangan heran ketika pemikiran lulusannya terkonstruk pada pemikiran orang barat.
Hal lain dapat di lihat dalam proses harmonisasi standar pelaporan keuangan. Pada umumnya landasan teori yang dipergunakan untuk membuat standar pelaporan keuangan bersumber dari IASC (International Accounting Standards Committee). Standar Akuntansi Keuangan yang diterbitkan Oleh IAI jelas-jelas menyadur Framework for the Preparation and Presentation of Financial Statements IASC. Alasan Indonesia untuk mengadopsi standar keuangan tersebut merupakan konsekuensi Indonesia telah menandatangani perjanjian dengan IMF (International Monetary Fund) pada tahun 1997 dan salah satu isi perjanjiannya adalah indonesia harus mengadopsi kebijakan keuangan IASB.
Alasan harmonisasi inilah yang mengantarkan kita ke babak baru yaitu neoliberalisme. Dengan penyeragaman standar ini, akan mempermudah bagi negara-negara adidaya untuk memanfaatkan negara-negara berkembangan seperti negara kita tercinta ini. Dengan kedok untuk menerapkan prinsip Good Coorporate Governance (GCG) yaitu jelasnya akuntabilitas dan transparansi namun ada tujuan spesifik dari negara tersebut yaitu, untuk mempermudah aliran modal mereka. Perusahaan besar mereka akan senaknya saja menguasai sumber alam kita yang lambat laun akan mematikan perusahaan-perusahaan asli dalam negeri kita.Currency (Nilai Tukar), Security Trading (Penghambat perdagangan), Market Liberalization(Pasar Bebas) merupakan beberapa tujuan yang diarahakan oleh negara adidaya tersebut dalam harmonisasi ini untuk menguasai negara-negara berkembang.
Tidak hanya itu, dalam penerapan landasan teori yang dikemukakan oleh IASC tersebut terdapat konsep Entity Theory di dalamnya. Di mana konsep ini memusatkan seluruhnya pada stockholder yang lain hanya merupakan modal belaka jadi jangan heran konsep ini sejalan dengan Agency Theory. Di mana konsep ini meniscayakan adanya “majikan” dan “buruh”. Di mana secara sederhana, majikan lah yang mendikte buruh untuk mengumpulkan keuntungan sebanyak-banyaknya dan buruh tidak memiliki inisiatif untuk berfikir dalam mengambil tindakan karena ada rasa takut akan tidak memuaskan majikannya. Dengan berlakunya dua konsep di atas maka dapat dipastikan pembuatan laporan keuangan yang semula bebas kepentingan kini menjadi sarat kepentingan.
Hasil dari penerapan akunatansi yang sarat akan neoliberalisme dapat di lihat dari krisis tahun 2007-2008 merupakan siklik dan akumulasi keruntuhan ekonomi kapitalisme. Siklik dan kecenderungan akumulasi ini terlihat sejak tahun 1923, kemudian berulang pada tahun 1930, 1940, 1970, 1980, 1990, dan 1998-2001.
Krisis keuangan tahun 2000-2001 di Amerika Serikat puncaknya ketika terjadi skandal korporasi terburuk 70 tahun terakhir seperti Enron, Arthur Anderson, WorldCom, Cisco Systems, Lucent Tech dan lainnya (lihat misalnya Stiglitz 2006, 7-8; Ravenscroft dan William 2004; Mayper et.al. 2005; Bean dan Bernardi 2005). Kita lihat kejatuhan perusahaan investasi sekuritas keempat terbesar di Amerika, Lehman Brothers. Kebangkrutan Lehman Brother disebabkan ketidakmampuan melunasi kewajiban miliaran dollar AS. Kehancuran pasar saham lewat derivatif juga terungkap lagi dengan kasus penipuan senilai 50 miliar dollar AS di Wall Street oleh Bernard Madoff di akhir tahun 2008. Masalah besarnya dari sisi akuntansi adalah perusahaan Madoff ditangani oleh kantor akuntan kecil, Friehling & Horowitz. Indonesiapun tidak ketinggalan, misalnya Sarijaya Sekuritas yang melakukan penggelapan dana dan salah urus aktivitas sekuritas senilai 245 miliar rupiah. Belum lagi kasus Group Bakri atau yang sekarang sedang marak per Januari 2009, 12 perusahaan sekuritas lainnya diberi sanksi denda dan dalam pengawasan Bappepam karena melakukan short selling. Aktivitas mereka ditengarai yang telah menyebabkan gejolak IHSG BEI.
Di sisi lain, konsep keuangan islam telah berkembang pesat. Industri jasa keuangan Islam, sekarang telah mempunyai asset lebih dari $175 milyar dengan ekuitas sebesar $15milyar. Terdapat lebih dari 300 Bank Islam, perusahaan keuangan, bank investasi, reksa dana dan perusahaan asuransi Islam. Pertumbuhan disektor ini sangat signifikan 10 tahun belakang ini. Industri ini telah tumbuh sebesar 23% per tahun. Industri ini telah mempekerjakan sekitar 300.000 pekerja yang tersebar di 34 negara diseluruh benua kecuali di Amerika Selatan. Industri ini akan diproyeksikan akan bertumbuh sebesar sekian $trilyun sampai tahun 2010 (Sumber AAOIFI). Kuala Lumpur dan Bahrain merupakan negara terdepan di dunia pasar modal Islam, sementara Dubai dan negara pemain lainnya di Timur Tengah sedang menuju ke arah tersebut. Di Inggris, bank Islam pertama telah dibuka dan di Singapore menyatakan ketertarikan untuk menjadi pusat keuangan islam, sementara Cina dan India telah menyatakan ketertarikannya dalam bank Islam. Bank syariah dan perusahaan pembiayaan tidak hanya pelaku pasar dalam artian kehadiran mereka di pasar modal. Lebih penting lagi,mereka adalah bagian dari sistem intermediasi keuangan dan sangat penting bagiperekonomian suatu negara.
Menurut Prof. Iwan Triyuwono dalam kata pengantar Menyibak Akuntansi Syariah karya Adji Dedi Mulawarman, di Indonesia sendiri konsep akuntansi syariah telah berkembang sejak tahun 1990an, dan mengalir manjadi dua bentuk, yaitu akuntansi syariah paraktis dan akuntansi syariah filosofis-teoretis. Bentuk akuntansi syariah praktis dipengaruhi oleh akuntansi modern karena berorientasi pada praktis, jadi terkesan melakukan modifikasi sederhana terhadap akuntansi modern (akuntansi konvensional). Sedangkan yang kedua, yaitu akuntansi syariah filosois-teoretis, menekankan pada bentuk ideal dengan cara menggali dan menggunakan nilai-nilai filosofis Islam untuk kemudian digunakan sebagai landasan dalam membangun teori akuntansi syariah.
Masing-masing bentuk memiliki kelemahan dan kelebihannya masing-masing. Akuntansi syariah praktis memiliki ketersediaan standar yang instan untuk memenuhi kebutuhan dunia bisnis namuan tidak memperhatikan nilai filosofis islam yang semestinya menjadi fondasi utama bagi bentuk akuntansi syariah. Sebaliknya akuntansi syariah filosofis-teoretis melihat secara kritis terhadap akuntansi modern, termasuk nilai-nilai yang ada di dalamnya, bahwa akuntansi modern memiliki sifat yang egoistis, materialis, dan mekanis. Kelemahan dari akuntansi syariah filosofis-teoretis adalah bahwa ia masih jauh dari dunia paraktik .
Prof Iwan Triyuwono menambahkan bahwa untuk mengatasi kesenjangan ini maka diperlukan proses derivasi/penurunan konsep dasar teori akuntansi syariah. Beliau mengkonsepkan bahwa hal yang utama untuk mewujudkan akuntansi syariah adalah Tauhid. Dari tauhid ini lah akan menciptakan Faith, Knowledge, Action turun ke prinsip filosofis akuntansi syariah yang humanis, emansipatoris, transcendental, dan teologikal turun ke konsep dasar akuntasi syariah yang merupakan instrument keuangan, bagian dari socio-economi, critical, menanamkan nilai-nilai keadilan, Ethical, Holistic welfare, all-inclusive, rational intuitive. Dari penurunan inilah praktek akuntansi syariah yang sesungguhnya dapat dijalankan.
Terdapat konsep menarik yang ditawarkan Adji Dedi Mulawarman dalam bukunya Menyibak Akuntansi Syariah. Perumusan Shari’ate Value Added System (Laporan Nilai Tambah Syariah), yaitu laporan kinerja keuangan pengganti Income Statement (Laporan Laba Rugi), dengan cara melakukan rekonstruksi terhadap Value Added Statement (Laporan Nilai Tambah). Laporan Nilai Tambah Syariah adalah bentuk pertanggungjawaban keuangan perusahaan Islami yang idealnya untuk memberikan nilai tamabah (Value Added) dantazkiyah (pensucian). Pemberian nilai tambah yaitu peningkatan kesejahteraan bagi pemilik, manajemen, dan pemegang saham di satu sisi. Sekaligus nilai tambah kesejahteraan yang harus dilakukan pula kepada karyawan, buruh, supplier, masyarakat sekitar, pemerintah, lingkungan. Dan teutama adalah tugas perwujudan nilai Tazkiyah (penyucian) laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban perusahaan kepada Allah SWT. Di dalam bukunya Beliau menekankan bahwa zakat merupakan sebagai pusat value added sebagai perwujudan akuntabilitas dan tazkiyah (penyucian) perusahaan.
Dalam konsep laporan Sahri’ate Value Added Statement (SVAS) yang ditawarkan Adji Dedi Mulawarman dalam bukunya Menyibak Akuntansi syariah terdapat perbedaan cara pandang dari akuntansi konvensional dan Islam. misalnya dalam gaji karaywan, Akuntansi konvensional melihat gaji karyawan sebagai turunan dari faktor-faktor produktif dalam ekonomi, sehingga harus diletakkan kedudukannya sama dengan modal, tanah, dan investasi lainnya. Sedangkan dalam islam, gaji karyawan berbeda kedudukannya, yaitu sebagai ketundukan kepada Alllah SWT untuk memberikan nilai kompensasi dari hasil keringat kerjasama antar sesama manusia ciptaan Allah SWT. Sehingga gaji karyawan diletakkan dalam bentuk aktualisasi akuntabilitas ketundukan. Sedangkan modal, tanah dan investasi diletakkan dalam bentuk aktualisasi akuntabilitas kreativitas.
Selain itu, terdapat konsep laporan kualitatif dalam Shari’ate Value Added Statement. Laporan informasi yang bersifat kulitatif ini menjadi penting karena hal itu akan mengarahkan penggunanya tidak berfikir tentang materi saja. Laporan kualitatif berupa catatan berkaitan dengan tiga hal. Pertama, pencatatan laporan pembentukan SVA yang tidak dapat dimasukkan dalam bentuk laporan kuantitatif. Misalnya, bila terjadi kesalahan dalam perusahaan berkaitan dengan ketentuan-ketentuan syara’. Berupa penentuan perusahaan dalam melakukan proses produksi suatu produk tertentu terkait dengan halal-haram, etika usaha dan manajemen keseluruhan, prosedur dan mekanisme perencanaan, implementasi dan evaluasinya pada suatu rangkaian produksi/olahan bahan yang akan dikonsumsi umat islam. Kedua, pencatatan atas penentuan nisab zakat yang merupakan batas dari SVA yang wajib dikenakan zakat dan distribusi zakat pada yang berhak. Ketiga, laporan kualitatif seperti penjelasan tentang keharaman, baik karena faktor eksternal dari penjualan, proses pembentukan struktur modal yang berhubungan dengan neraca, maupun proses relasi sosial dan penanganan lingkungan. Seperti diketahui, tazkiyah (penyucian) selain dilakukan dalam aktivutas ekonomi juga berkaitan dengan pelaku yang berinteraksi dengan perusahaan.
Mampukah konsep akuntansi syariah di atas diterapkan dan menjadi solusi permasalahan akuntansi modern? Konsep Akuntansi syariah yang bagaimanakah yang harus diterapkan sehingga dapat menjadi solusi ditengah gencaran kapitalis dalam menerapkan akuntansi modern?
Keterangan:

  • Kalimat Argumentasi :
  1. Kelemahan dari akuntansi syariah filosofis-teoretis adalah bahwa ia masih jauh dari dunia paraktik . 
  2.  Bank syariah dan perusahaan pembiayaan tidak hanya pelaku pasar dalam artian kehadiran mereka di pasar modal. Lebih penting lagi,mereka adalah bagian dari sistem intermediasi keuangan dan sangat penting bagiperekonomian suatu negara.
  3. Dengan berlakunya dua konsep di atas maka dapat dipastikan pembuatan laporan keuangan yang semula bebas kepentingan kini menjadi sarat kepentingan. 
  4.  Akuntansi syariah praktis memiliki ketersediaan standar yang instan untuk memenuhi kebutuhan dunia bisnis namuan tidak memperhatikan nilai filosofis islam yang semestinya menjadi fondasi utama bagi bentuk akuntansi syariah. 
  5. Perusahaan besar mereka akan senaknya saja menguasai sumber alam kita yang lambat laun akan mematikan perusahaan-perusahaan asli dalam negeri kita.


  • Kalimat  Penalaran :
  1.    Industri jasa keuangan Islam, sekarang telah mempunyai asset lebih dari $175 milyar dengan ekuitas sebesar $15milyar. 
  2.  Siklik dan kecenderungan akumulasi ini terlihat sejak tahun 1923, kemudian berulang pada tahun 1930, 1940, 1970, 1980, 1990, dan 1998-2001. 
  3.   Salah satu contohnya adalah pengaruh pendidikan orang Barat yang telah memasuki system pendidikan kita saat ini, misalnya saja di jurusan Akuntansi UNHAS disuguhkan buku akuntansi yang berasal dari pemikiran orang barat, mulai dari Pengantar Akuntasi hingga Akuntansi Keuangan buku pedoman pengajarannya ditebitkan dari orang barat yaitu Kieso dkk. 
  4.   Industri ini telah mempekerjakan sekitar 300.000 pekerja yang tersebar di 34 negara diseluruh benua kecuali di Amerika Selatan.
  5. Kehancuran pasar saham lewat derivatif juga terungkap lagi dengan kasus penipuan senilai 50 miliar dollar AS di Wall Street oleh Bernard Madoff di akhir tahun 2008.

0 komentar:

Posting Komentar